Tel Aviv – Aktivitas transplantasi ilegal organ manusia sejak lama terjadi di Israel. Korbannya, warga Palestina musuh bebuyutan mereka. Akhirnya, negeri Zionis itu mengakui aktivitas biadab ini.
Pengakuan itu datang dari Jehuda Hiss. Ia adalah mantan kepala institut forensik Abu Kabir di Israel. Hiss mengaku para pekerja di institutnya panen kulit, kornea, hati, dan tulang yang mereka peroleh dari rakyat sendiri, warga Palestina, serta pekerja asing. Semua itu diperoleh tanpa izin si pemilik organ alias secara ilegal.
“Kami menggunakannya untuk kepentingan transplantasi dan memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Hiss, seperti dilansir Al Jazeera, Kamis (24/12). Wawancara itu sebenarnya dilakukan pada 2000 silam. Namun baru bisa dirilis saat ini karena kondisinya sudah kondusif untuk dibicarakan.
Sementara bagian kulit, lanjut Hiss, diserahkan kepada bank kulit yang didirikan oleh militer Zionis itu. Kulit itu memang biasanya digunakan untuk kepentingan militer, misal untuk serdadu yang mengalami luka bakar. Menurut Hiss, praktik ini berhenti total pada saat wawancara itu dilakukan, atau pada 2000.
Senada dengan Hiss, militer Israel juga mengatakan aktivitas ini telah mereka hentikan sepuluh tahun lalu. Depkes Negeri Yahudi itu menyatakan, saat penggunaan organ ilegal marak, tidak ada hukum yang mengatur mengenai transplantasi organ tubuh. Namun demikian, mereka berani menyatakan institut Abu Kabir bekerja sesuai etika dan hukum Yahudi.
Pewawancara Hiss adalah dosen antropologi di University of California-Berkeley, Nancy Scheper-Hughes. Ia sengaja mempublikasikan wawancara ini setelah tudingan sebuah suratkabar Swedia bahwa aktivitas transplantasi organ ini memang nyata bahkan ada pasar gelap khusus perdagangan organ tubuh manusia.
Suratkabar Aftonbladet memuat berita itu pada Agustus lalu. Mereka menuding militer Israel berada di balik aktivitas perdagangan organ ilegal ini. Sumber organ adalah warga Palestina yang mereka culik dan bunuh. Pihak Israel tentu saja menyangkal tudingan ini dan menyebabkan hubungan kedua pihak tegang karena media Swedia tak mau meminta maaf.
“Serdadu Israel menculik pemuda Palestina dari Tepi Barat dan Jalur Gaza. Lalu mengembalikan mereka ke keluarga masing-masing setelah mengambil organnya untuk dijual ke pasar gelap,” demikian kutipan artikel bertajuk ‘They Plunder the Organs of Our Sons’ itu.
Artikel yang ditulis jurnalis bernama Donald Bostrom itu memuat pengakuan beberapa warga Palestina yang menjadi korban. Mereka adalah orangtua yang sedih dengan pencurian organ anak-anaknya. Sang penulis juga menyebutkan aktivitas itu telah berlangsung sejak 1992 silam, di daerah Nablus.
Beberapa tak kembali alias tewas sementara organnya dijual ke pasar gelap. Ada pula yang kembali namun kehilangan sejumlah organ seperti ginjal. Tulisan ini sekaligus membongkar misteri kematian pemuda Palestina, Bilal Ahmed Ghanem (19) yang 'ditembak mati' oleh Israel pada 1992 silam.
“Ghanem diculik sebelum ditembak. Ia dikembalikan pada tengah malam. Padahal ketika itu ada jam malam. Beberapa hari kemudian ia dikembalikan dengan jahitan panjang dari perut hingga ke lehernya,” tulis Bostrom berdasarkan pengakuan korban yang ia rahasiakan namanya.
Isu ini kemudian dikaitkan dengan terbongkarnya sindikat penyelundupan organ di New Jersey, AS. Sejumlah pelaku yang berkebangsaan AS ditangkap dalam penggrebekan itu. Bolstrom meminta sebuah penyelidikan secara internasional atas klaim serdadu Israel panen organ dari warga Palestina yang tewas akibat agresi militer mereka.
Pemerintah Swedia menyatakan otopsi bisa dilakukan jika penyebab kematian tak diketahui. Dalam kasus ini, sudah jelas pemuda yang tinggal di Tepi Barat itu bukan tewas karena luka tembakan. Setelah tulisan diterbitkan di harian Aftonbladet, banyak keluarga Palestina akhirnya berani melaporkan hal serupa.
Hal ini memang dibenarkan oleh Scheper-Hughes, berdasarkan wawancaranya dengan Hiss. Organ para korban perang itu diambil tanpa izin keluarga dan diprakarsai oleh militer. “Hiss mengatakan kadang mahasiswa kedokteran yang melakukannya atas perintah militer,” imbuhnya.
Usai dijahit kembali, mata para korban itu direkatkan hingga tak bisa dibuka pihak keluarga. Agar mereka tak tahu korneanya telah diambil. Hiss pada akhirnya dipecat sebagai kepala Abu Kabir pada 2004 karena tudingan terkait organ ilegal ini. Namun tuntutannya dicabut dan kini ia masih menjabat sebagai kepala patologi di institut tersebut.
4 komentar:
bener2 biadab zionis....AAAARRRGGGHHHH!!!!
Jadi pen jihad... :\
bang*** israel, memang biadab.
astagfiruLLah...
L*kn*t Zionis Yahudi IsraeL...!!
beNer2 tak punya Hati... T_T
Posting Komentar
Tolong berikan komentarnya, komentar anda sangat berarti bagi kami. Terimakasih telah mengunjungi blog MASQULIN.BLOGSPOT.COM.
Note:
Setelah memberi komentar, silahkan klik "Subscribe by email" (pada pojok kanan bawah komentar ini) untuk menerima jawaban komentar dari kami.